Puisi Arthum Artha*):
KHATULISTIWA
Pada hari-hari panas yang lalu dan mendatang.
ada sekarang tiba giliranku
– kasih penjelasan
dalam keadaan di bawah sinar khatulistiwa
di jarak datarmaya dan langit
Sekarang tumbuh giliranku
kasih penjelasan dari penjelmaan hidup
– orang kedua dari laut lumpur berbau
– tidak harum, cuma bintang kasih pedoman
Ini di bawah bulan terang
untuk sejenak bicarakan
antara kekasihku
dan boleh periksa bekas berpijak
pada revolusi.
Aku tidak perlu menekan undangan
dari satu daftar baru
– cuma ada bicarakan, nota-nota lama
– dan aku cuma kenal batas masing-masing
– seperti:
– karang dan lumut kotor kuning
Di bawah bulan terang
engkau raja –
aku pengintai seribu mata –
ranggas dari pada “d a t u k p u t I h”
Dan, – hai kawan yang tegak melihat
Perlukah garis tebal
Penjelasan sekali lagi?
– toh aku dan kau, sama di jarak khatulistiwa –
Keterangan: Datuk Putih adalah seorang pahlawan Agung, menurut sepanjang sejarah Kalimantan di zaman kemegahan, pernah berkuasa sampai di Formosa, perhubungan rapat dengan orang-orang Tiong Hoa Tartar. – Art.
Sumber: Majalah Zenith, Nomor 1 tahun I, 15 Januari 1951, halaman 20
*) ARTUM ARTHA, dilahirkan di Desa Parincahan, Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, 20 Agustus 1920 dengan nama aslinya M. Husrien. Banyak menggunakan nama samaran, antara lain Bujang Jauh, Emhart, HR Bandahara, M.Ch. Artum, M.Chayrin Artha, dan Murya Artha. Ia meninggal dunia di Banjarmasin, 28 Oktober 2002