Catatan
(Abadi, 1972) M Ryana Veta: Hari Kreativitas Rendra Hampir Sore
HARI KREATIVITAS RENDRA HAMPIR SORE Oleh: M. Ryana Veta “Apakah dia akan bisa mempertahankan publik teaternya di masa-masa mendatang?” gerutu kawan saya ketika meninggalkan bangku teater terbuka Taman Ismail Marzuki selesai menonton improvisasi Rendra “Dunia Azwar” beberapa waktu yang lalu. Dan diucapkan kembali setelah ia nonton “Modom-Modom”nya Rendra. Ada tanda-tanda bahwa kharisma yang dibangunnya lewat […]
Cerita Mini
Elegi Esok Hari – Cerita Selsa Rengganis
ELEGI ESOK HARI Cerita Mini Selsa Rengganis Dering HP membangunkan lelapku siang ini, hanya no tanpa nama yang muncul di layar. ” Ya hallo…” sahutku enggan. ” Lana…, ini aku, Sarah ” ufh…mengapa gadis itu menghubungiku, dengar namanya saja sebenarnya aku sudah malas. ” maaf, mengganggu Lana, tapi ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu […]
Cerpen
(Gema Suasana, 1948) Cerpen Idrus: Kisah Sebuah Celana Pendek
Cerpen Idrus KISAH SEBUAH CELANA PENDEK TEPAT pada hari PEARL harbour diserang Jepang, Kusno dibelikan ayahnya sebuah celana pendek. Celana kepar 1001, made in Italia. Pak kusno buta politik. Tak tahu ia, betapa besarnya arti penyerangan itu. Yang diketahuinya hanya, bahwa anaknya sudah tidak mempunyai celana lagi yang pantas dipakai. Setiap orang yang sedikit banyak […]
- (Kisah 1955) Cerpen AA Navis: Robohnya Surau Kami
- Pengiring Hujan – Cerpen Adhita Didiet Prawatyo
- Cinta Tertunda dari Seberang Kelenteng Tua – Cerpen Selsa Rengganis
- Kematianku Hampir Menjemput – Cerpen Restoe Prawironegoro Ibrahim
- Perempuan yang Membawa Rumahnya Kemana-mana dengan Punggungnya – Cerpen Yayag Yp
Puisi
(Gadjah Mada, 1958) Lagi, Enam Puisi Pendek WS Rendra
Puisi-Puisi WS Rendra: HADIRNYA Fotonya tergantung di tembok orangnya tergantung di hati. ____________________ EPISODE Kami duduk berdua di bangku halaman rumahnya. Pohon jambu di halaman itu berbuah dengan lebatnya dan kami senang memandangnya. Angin yang lewat memainkan daun yang berguguran. Tiba-tiba ia bertanya: “Kenapa sebuah kancing bajumu lepas terbuka?” Aku hanya tertawa. Lalu ia sematkan […]
- (Gadjah Mada, 1958) Enam Puisi Pendek WS Rendra
- (Sinar Harapan, 1975) 2 Puisi Bagong Kussudiardjo: “Lampu Cinta” dan “Tinggalkan”
- (Pelopor, 1975) Puisi Mahawan: Ada sebuah Bayang-Bayang I Kepada SDD
- (Pelopor, 1975) Puisi Mahawan: Kidung Malam
- (Mimbar Indonesia, 1951) Puisi Ansari: Sombongnya dan Perbuatannya
Ulasan Karya
(Abadi, 1970) Sikap, Nyanyian, Konflik, Angsa dan Rendra: Ia adalah Pemberontak dan Seniman
Sikap, Nyanyian, Konflik, Angsa dan Rendra: Ia adalah Pemberontak dan Seniman Oleh: M. Ryana Veta Tokoh kritikus sastra banyak yang berkata: “Pada dasarnya sneiman itu pemberontak”. Ini bagiku ada benarnya. Kreativitas memang punya sifat memberontak. Pemberontakan sebagai satu pernyataan tidak puas terhadap apa yang ada dan terhadap apa yang dirasa. Seniman, sebenarnya bukanlah ia […]
- (Sinar Harapan, 1977) Piek Ardijanto Soeprijadi: Menikmati Puisi-Puisi FX Puniman
- (Merdeka, 1955) Permainan Penyair dan Sajak
- Bertemu Jansori Andesta yang Menyembunyikan Rasa Merindu – Ulasan Insan Purnama
- Conni Aruan Bermain-main dengan Warna dan Waktu
- Suko Waspodo: Sebuah Percumbuan Lewat Puisi – Ulasan Insan Purnama
More Articles
(Kompas, 1953) Kemal MS: Pengakuan (Untuk Alm. Chairil Anwar)
Puisi Kemal MS: PENGAKUAN gelombang fana kau nyanyikan dari kebekuan tidur hingga besok pagi “isi gelas lantas kosongkan” kembali nggores waktu kau pergi membekas maut dalam hati Deru degup cerita perkosa kau tinggalkan di pintuku sudah itu aku kauhela kauhela! dengan suara gersang menggarang jalang deritaku! dikesempitan seribu mantramu Bahagiaku! di keluasan titik jalangmu Tapi […]
(Mimbar Indonesia, 1951) Puisi Rawan Hiba: Tidak Ada!
Puisi Rawan Hiba: TIDAK ADA! Jangan teman: mencari bahagia di maya pada sekarang Mesti di samudera perjuangan Nan luas terbentang Ta’ ada satu makhluk Yang dapat mencari rahasia alam …….. hanya ada satu jalan Yang ia panjang membentang Mengisi hatimu sendiri Di mana dapat menggirang orang Dalam sajakku…… Sering kukutuki diriku Kupandang alam…. Sepi …… […]
(Mimbar Indonesia, 1951) Puisi Achmad Marlim: Sindiran untuk Pemimpin
Puisi Achmad Marlim: SINDIRAN UNTUK PEMIMPIN Sedari pagi tadi….. Si Kurik ini, berkotek ribut mencatakan ke sana ke mari bahwa ia mau bertelur dan si jago ikut ketakut-takut, gembar-gembor keluar sangkar ributnya, bukan kepalang lagi biar semua sama mendengar si Kurik ‘lah bertelur kujenguk ke sangkarnya yaaaa, hanya sebiji saja … ! Lain makhluk…. itu […]
(Mimbar Indonesia, 1951) Puisi M Jusran Js: Damai dan Bebas
Puisi M Jusran Js: DAMAI DAN BEBAS Aiiiih, perang lagi…. tambah berkobar-kobar minta korban, tenaga, nyawa Hei, manusia! mau kemana ini? Cinta damai atau cinta binasa? Cinta sejahtera atau cinta derita? Ayolah, ayo!!! Berjuang untuk damai Damai Abadi bebas dari derita sengsara!! (Rantau – Kalimantan Selatan) Sumber: Mimbar Indonesia, Nomor 3 Tahun V, Hal. 31, […]
(Mimbar Indonesia, 1951) Puisi Achmad Marlim: Jeep Masuk Parit
Puisi Achmad Marlim: JEEP MASUK PARIT Ngiuuungngg…. tuuuuut, tut, tuuut! Orang-orang pada menepi anak kecil terkejut orangtua bungkuk mau hidup lekas-lekas masuk parit Rombing gado-gado dan rombong sate bertubruk Sebuah jeep jalannya seperti terbang persis kayak diburu, 100 KM per jam di dalamnya beberapa tentara muda peci miring 2/3 jatuh ……………………………………………………………. Di kelokan jalan sempit […]
(Kompas, 1952) Puisi Pong Walujo: Lima Satu
Puisi Pong Walujo LIMA SATU Zaman ini sudah modern segala model pakaian ada Pandai pula orang mengenakan bikin rupa jauh beda. Tabiatpun ragam gaya tak kalah maju Aslinya diulas biar tampak orang banyak cari kerlingan. Seperti pagi semalam habis hujan laron-laron duyun ke luar khawatir pasar negara mati brol-brolan wah…….. wah……. lehernya seperti karet. Sumber: […]
(Kompas, 1952) Puisi Pong Walujo: Anak Massa
ANAK MASSA Karya: Pong Walujo Sejak lahirnya badan berapi tak mati disapu angin dalam kaku menangkis dingin. Didera pukulan berat bayi memar membesar dengan keringat berlumpur lumpur melanjut hidup hingga kini. Kini api tak padam jua kubawa terjun ke dasar laut bersua jerami tilamku tidur masih banyak dipakai golongan pekerja nyenyak mendengkur. Ini laut koretan […]
(Kompas,1952) Puisi Pong Walujo: Singgung
SINGGUNG Karya: Pong Walujo Aku mengerti lebih dari tahu Antar belenggu patah sudah dari leher lama mengalung Itu……… mulut lancang menyembur minyak ke bara hati gampang menyala. Dasar ledek pintar solek Pandang orang terus terang Yang serta semua biasa mencium keringat bacin mandang darah mandang darah sekujur berlumpur Lihat….. anak kapal membongar jangkar deru […]
(Mimbar Indonesia, 1958) Puisi M Poppy Hutagalung: Sepanjang Jalan
Puisi M Poppy Hutagalung: SEPANJANG JALAN (pulang pergi ke sekolah) terkadang seperti mimpi berjalan ia di trotoar lalu bertanya pada diri: di mana hatiku? terkadang seperti mimpi matanya berkilauan ditatapnya bocah-bocah berlaluan – aih, indahmu anak – bisiknya matanya terus berbinar seperti yang baru merasa hati yang terkandung adalah betul miliknya dan mata yang diangankannya […]